Selasa, 04 Januari 2011

Fenomena Halo Matahari? Apa lagi nih??


Banyak warga Yogyakarta dan sekitarnya geger melihat matahari berkalang pelangi, Selasa (4/1/2011) siang. Terlebih banyak fenomena-fenomena aneh yang belakangan ini muncul. Sebenarnya menurut para ahli, ini merupakan kejadian yang biasa loh...
Kenapa?

Ini disebut Halo matahari. Halo merupakan hasil pembelokan cahaya matahari oleh partikel uap air di atmosfer. Halo terbentuk karena dispersi (pembiasan warna) butir-butir es atau air pada awan sirrus oleh sinar ultraviolet.

Halo, dalam bahasa dan tulisan Latin ἅλως, juga disebut sebagai nimbus atau gloriole. Merupakan fenomena optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber cahaya. Di alam biasanya kita lihat saat bulan purnama atau saat matahari terang di siang hari.
Fenomena tersebut terjadi akibat refleksi dan refraksi cahaya matahari/bulan oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan cirrus, awan yang terletak di tingkatan atmosfer yang disebut troposfer, sekitar 5-10 km dari permukaan bumi.

Halo adalah fenomena optikal berupa lingkaran cahaya di sekitar sumber cahaya Matahari atau Bulan. Fenomena Halo adalah lingkaran seperti pelangi yang mengelilingi matahari. Halo adalah fenomena yang lebih sering terjadi di langit.

Pengamat iklim Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof. Dr. Sudibyakto, M.S mengatakan, setiap musim hujan partikel uap air ada yang naik hingga di atmosfer. Dan partikel air memiliki kemampuan untuk membelokkan atau membiaskan cahaya matahari yang  biasa terjadi pada siang hari, saat posisi matahari sedang tegak lurus terhadap Bumi. Maka cahaya yang dibelokkan pun juga lebih kecil.



Bagaimana ?
Peristiwa Matahari dikelilingi cicin pelangi di saat langit cerah tiada hujan itu disebut fenomena Halo 220 (halo dua puluh derajat), terjadi bila berkas cahaya matahari menembus lapisan awan cirrus yang tipis. 
Awan cirrus berada sekitar 7.000 km dari permukaan laut. Pada posisi setinggi ini, uap air berubah menjadi kristal es berbentuk heksagonal-segi enam. Berkas cahaya matahari menembus kristal es yang berbentuk segi enam beraturan (besar sudut dalamnya 600).



Matahari di kelilingi oleh 22° halo dan dilambungi (sisi) oleh sundogs. Parhelic circle adalah biasan cahaya kristal yang melepasi sundogs dan mengelilinginya. Kadangkala ia melapisi keseluruhan ruang langit dalam latitut yang sama dengan matahari. Pembinaan tangen ketinggian dan rendah (Upper Tangent arc and Lower Tangent arc) menyentuh secara terus dengan 22° halo sama ada di atas atau dibawah matahari. Pembuatan Lengkungan (Circumzenithal arc) akan terjadi di atas kristal tersebut.
Radius 22° gerhana matahari tidak kelihatan. Ia seperti helaian yang berlapis-lapis atau habuk pada permukaan awan cirrus yang nipis. Awan ini sejuk dan mengandung kristal es walaupun pada iklim yang sangat panas.

Saat awan cirus hanya merefleksikan dan merefraksikan cahaya matahari, biasanya halo yang terbentuk hanya cincin yang tak berwarna. Namun jika pada sudut yang tepat, bisa terjadi juga dispersi sehingga cincin yang terjadi juga berwarna seperti halnya pelangi. Contoh refraksi yang sederhana adalah saat anda melihat sedotan dalam gelas berisi air terlihat patah, atau permukaan dasar kolam yang terlihat menjadi lebih dekat ke permukaan daripada yang sebenarnya.
Refleksi yang terjadi saat cahaya melewati titik air, es atau kristal yang transparan hanya terjadi pada sudut tertentu saja. Sudut ini ditentukan oleh index refraksi medium tersebut. Contoh sederhana saat kita melihat akuarium pada sudut tertentu kaca akuarium yang tembus pandang tiba-tiba menjadi cermin, memantulkan bayangan isi akuarium.

Berkas cahaya putih yang berasal dari matahari ini sesungguhnya terdiri banyak warna, yaitu: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.

Masing-masing warna mempunyai indeks bias yang berbeda. Karena itu, setelah melewati kristal es berkas cahaya ini diuraikan menjadi sederetan warna yang disebut warna pelangi.

Prakirawan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Susi Susiana, mengatakan, Fenomena alam itu lumrah dan bisa terjadi di mana saja, seperti pelangi mengelilingi matahari atau bulan. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan cuaca
Ia menyebutkan, fenomena halo mungkin jarang terjadi di daerah tropis, namun di belahan bumi Eropa fenomena itu sering terjadi.

Fenomena Halo matahari terlihat begitu jelas di langit Yogyakarta, Selasa sekitar pukul 10.15 WIB hingga 11.15 WIB.

Sumber:
http://id.news.yahoo.com/antr/
http://wahanapress.net/
http://www.tribunnews.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar